Hari ini Indonesia genap berusia 65 tahun. Setidaknya dalam hitungan matematika memang benar begitu. Tetapi menurut saya, mental bangsa saya ini masih seperti anak-anak yang berusia balita. Bagaimana tidak?
Jika di dunia twitter #indonesia65 bisa menjadi trending topic dalam 1 hari -which is menunjukkan rakyat Indonesia yang begitu semangat memberikan ucapan selamat ulang tahun pada bangsa ini- ,justru berita televisi dan koran tidak menunjukkan unsur 'tua' kemerdekaan kita.
Mulai dari tawuran pelajar, kemerdekaan yang digadaikan, masalah yang tak henti dengan negara tetangga, dan jelas masih banyak ribuan bahkan mungkin jutaan masalah yang tidak bisa disebutkan satu-satu.
Lantas kepada siapa kita memberikan ucapan HUT RI jika kita tidak meneruskan usaha para pahlawan kita? Kepada siapa kita berteriak MERDEKA, ketika kita sendiri memukul teman seperjuangan kita? Kepada siapa kita ingin membuktikan bahwa kita BERKUASA DI NEGERI SENDIRI jika kita selalu apatis terhadap negara ini?
Jangan terus-terusan mengkritik para petinggi yang tidak mampu bekerja, jika pada dasarnya kita sendiri tidak mematuhi peraturan yang dibuat hanya semata-mata untuk memperbaiki keadaan bangsa yang bobrok ini.
Jangan terus-terusan menyalahkan besar dan luasnya tanah air kita, jika pada dasarnya kita sendiri tidak mau mengakui adanya perbedaan yang sebenarnya memperkaya budaya kita.
Jangan terus-terusan mencemooh dan membantai kelompok minoritas, jika pada dasarnya kita sendiri tidak ingin diperlakukan seperti itu.
Apa yang kita harapkan dari bangsa ini jika kita terus menuntut agar orang lain berubah menjadi lebih baik, tetapi kita sendiri tetap bertahan menjadi manusia rusak?
Ya, kita. Aku. Kamu. Kalian. Mereka. Dia. Kami. SEMUA.
Pada akhirnya kita semua hanya ingin dapat pulang ke rumah. Tetapi jika kita menghancurkan rumah kita sendiri, kemana lagi kita harus pergi?
Dan jangan nyinyir jika mereka yang mempunyai otak, kuasa dan materi akhirnya memilih hengkang dari 'rumah', KARENA KITA.
Perubahan tidak bisa terjadi secara drastis, semudah membalikkan telapak tangan.
Perubahan membutuhkan proses panjang dan berliku. Yang menyakitkan.
Tetapi jika kita semua mau berusaha, ya, kita semua yang berwarga negara Indonesia, dari sabang sampai merauke mau berusaha bersama, saya yakin penantian kita tidak akan begitu lama.
Ketika kita membuka mata keesokan hari, bangsa kita ini sudah selangkah lebih maju, menoreh prestasi yang kita ukir dengan tangan kita sendiri.
Dan lusa, kita akan tersenyum dengan bangga mengatakan bahwa Indonesia adalah Negara Kebanggaanku.
Merdekakan hatimu, teman. Merdekakan pikiranmu. Karena hanya dengan hati dan pikiran yang merdeka, kita bisa melakukan apa saja. Menerima apa saja.
Salam Merdeka.
Jika di dunia twitter #indonesia65 bisa menjadi trending topic dalam 1 hari -which is menunjukkan rakyat Indonesia yang begitu semangat memberikan ucapan selamat ulang tahun pada bangsa ini- ,justru berita televisi dan koran tidak menunjukkan unsur 'tua' kemerdekaan kita.
Mulai dari tawuran pelajar, kemerdekaan yang digadaikan, masalah yang tak henti dengan negara tetangga, dan jelas masih banyak ribuan bahkan mungkin jutaan masalah yang tidak bisa disebutkan satu-satu.
Lantas kepada siapa kita memberikan ucapan HUT RI jika kita tidak meneruskan usaha para pahlawan kita? Kepada siapa kita berteriak MERDEKA, ketika kita sendiri memukul teman seperjuangan kita? Kepada siapa kita ingin membuktikan bahwa kita BERKUASA DI NEGERI SENDIRI jika kita selalu apatis terhadap negara ini?
Jangan terus-terusan mengkritik para petinggi yang tidak mampu bekerja, jika pada dasarnya kita sendiri tidak mematuhi peraturan yang dibuat hanya semata-mata untuk memperbaiki keadaan bangsa yang bobrok ini.
Jangan terus-terusan menyalahkan besar dan luasnya tanah air kita, jika pada dasarnya kita sendiri tidak mau mengakui adanya perbedaan yang sebenarnya memperkaya budaya kita.
Jangan terus-terusan mencemooh dan membantai kelompok minoritas, jika pada dasarnya kita sendiri tidak ingin diperlakukan seperti itu.
Apa yang kita harapkan dari bangsa ini jika kita terus menuntut agar orang lain berubah menjadi lebih baik, tetapi kita sendiri tetap bertahan menjadi manusia rusak?
Ya, kita. Aku. Kamu. Kalian. Mereka. Dia. Kami. SEMUA.
Pada akhirnya kita semua hanya ingin dapat pulang ke rumah. Tetapi jika kita menghancurkan rumah kita sendiri, kemana lagi kita harus pergi?
Dan jangan nyinyir jika mereka yang mempunyai otak, kuasa dan materi akhirnya memilih hengkang dari 'rumah', KARENA KITA.
Perubahan tidak bisa terjadi secara drastis, semudah membalikkan telapak tangan.
Perubahan membutuhkan proses panjang dan berliku. Yang menyakitkan.
Tetapi jika kita semua mau berusaha, ya, kita semua yang berwarga negara Indonesia, dari sabang sampai merauke mau berusaha bersama, saya yakin penantian kita tidak akan begitu lama.
Ketika kita membuka mata keesokan hari, bangsa kita ini sudah selangkah lebih maju, menoreh prestasi yang kita ukir dengan tangan kita sendiri.
Dan lusa, kita akan tersenyum dengan bangga mengatakan bahwa Indonesia adalah Negara Kebanggaanku.
Merdekakan hatimu, teman. Merdekakan pikiranmu. Karena hanya dengan hati dan pikiran yang merdeka, kita bisa melakukan apa saja. Menerima apa saja.
Salam Merdeka.