I'm 19, I'm nothing.Sebuah frase yang cukup menampar wajah dari sahabat saya, jika saya boleh jujur. Di kala banyak pemuda-pemuda di luar sana yang sudah berkarya, saya hanya pemuda yang tidak - atau mungkin belum- melakukan sesuatu yang menurut saya berguna bagi dunia, bagi sesama, bagi keluarga.
Ini semua berawal dari percakapan ringan yang (setiap kali dan hampir setiap hari) saya lakukan dengan sahabat - yang juga roomate- saya pada dini hari karena kami lelah belajar untuk persiapan ujian. Saya mengatakan padanya bahwa sebentar lagi kami beranjak 20 tahun. Sebuah angka yang menjadi tolak ukur kedewasaan seseorang, mungkin. Mengingat kami akan melepas gelar teenager kami. Jadi, jika orang bertanya apakah kami pada umur 20 tahun nanti, jawaban apa yang akan kami berikan? Kami hanya bisa diam dan saling pandang. Tidak punya jawaban.
Saya bukan tipe mahasiswi yang selalu mendapat (high) distinction di setiap mata kuliah yang saya pilih. Saya pun tidak suka hura-hura dan menghabiskan uang orangtua untuk hal-hal yang tidak penting. Tetapi saya juga bukan hanya diam dan menganggur di rumah. Saya sibuk belajar, berorganisasi, beraktifitas, bekerja. Saya orang sibuk. Bukan berniat menyombongkan diri, tetapi memang itu fakta yang ada. Mungkin banyak orang yang tidak tahu kalau saya sibuk. Ikut terlalu banyak ekskul, ikut terlalu banyak kegiatan, melakukan banyak perkerjaan. Dan memang saya tidak pernah bercerita kepada siapapun tentang kesibukan saya selain kepada keluarga dan orang-orang terdekat saya karena saya pikir juga untuk apa bercerita? Toh tidak ada gunanya. Tidak semua orang punya tanggapan positif tentang saya, juga tentang apa yang saya lakukan. Jadi, saya memilih setuju bahwa silence is golden. Tetapi, kembali ke topik awal, lantas apa? Apakah dengan semua kesibukan saya itu berarti saya sudah melakukan sesuatu untuk dunia, sesama, atau bahkan keluarga saya sendiri? Saya rasa jawabannya tidak.
Lalu apa sebenarnya tujuan hidup saya ini? Setiap harinya hanya saya lalui dengan bangun tidur, makan, mandi, belajar, bekerja. Semakin dewasa, orang-orang pun menikah, berkeluarga, punya keturunan, dan pada akhirnya kembali menghadap sang Mahakuasa. Lalu apa? Apa yang membedakan saya dengan mereka? Apa yang membuat saya ada di dunia ini? Tidak mungkin jika saya diciptakan tanpa tujuan kan? Therefore, I want to live my life and not just simply exist.
Maka, dini hari tadi, saya mengusulkan untuk melakukan sesuatu bagi sesama kepada sahabat saya. Jika bekerja dan menyibukkan diri ternyata juga bukan jawaban dari pertanyaan 'apa' itu sendiri, maka mungkin jawabannya adalah saya harus memperbanyak melakukan kegiatan sosial. Saya ingat terakhir kali saya melakukan bakti sosial (baksos) untuk membantu mama, rasa senang, puas, terharu, sedih, bercampur jadi satu. Rasa bangga pun ada karena saya bisa melakukan sesuatu hal untuk orang lain. Namun, saat itu ada hal yang mengusik saya dan saya bertanya pada mama, "Karena mama dokter, mama bisa do something buat orang-orang itu. Terus kalau aku? Aku juga mau do something di luar memberikan donasi berupa uang. Aku mau do something." jawaban mama cukup simpel. "Orang-orang itu pun tidak minta apa-apa. Cukup kamu datang, ajak ngobrol, ajak anak-anak main, bawakan makanan, mereka sudah cukup senang. Itu cukup." Lalu saya sadar bahwa apa yang selama ini saya nilai kurang, bagi orang lain itu sudah cukup. Saya selalu takut jika apa yang saya berikan tidak sesuai keinginan mereka, tidak cukup untuk mereka, tidak menyenangkan bagi mereka. Akhirnya mata saya benar-benar terbuka bahwa membantu tidak berarti kita harus keluar uang. Membantu itu hanya perlu niat dan waktu. Itu saja, itu cukup.
Sekarang, saya ingin cepat-cepat meng-skip exam saya dan pulang ke Indonesia. Jika beberapa minggu lalu saya bingung apa yang harus saya lakukan selama 4 bulan liburan akhir tahun pelajaran ini, kini saya tahu. Banyak hal, baik pekerjaan, projects, atau bahkan kegiatan sosial yang ingin saya lakukan. Semuanya sudah tersimpan rapi di kepala saya, menunggu untuk di realisasikan. Mungkin 4 bulan tidak cukup, mungkin berlebih. Tetapi saya tidak bisa selamanya hanya berpikir karena your words cannot turn into action without your contribution. Maka, saya memilih untuk bertindak. Saya tidak akan pernah menemukan waktu yang tepat dan kondisi yang tepat untuk memulai jika bukan sekarang. Saya percaya untuk bermimpi besar, dimulai dari hal kecil, dan bertindak SEKARANG karena tujuan saya kali ini, saya ingin dapat berkata pada dunia di ulang tahun saya yang ke-20 nanti,
I'm 20, I'm something.
0 shoutouts